Sabtu, 11 Juli 2009

manajemen bisnis

pada umumnya para pengusaha masih banyak yang belum sukses dalam meraih laba. sehingga pengusaha sering kali mengalami kerugian yang sangat besar.maka dalam melaksanakan tugas baik pengusaha maupun para pedagang perlu menggunakan bantuan dalam perhitungan rugi \laba.sehingga para pembisnis bisa memiliki keuntungan dalam mengembangkan usahanya.

jika perusahan perlu memberikan pelajaran bagi para tenaga kerja dengan cara training marketing,pelayanan konsumen,komunikasi dengan masyarakat,manajemen administrasi,dan sebagainya perlu kita pelajari bersama dalam hal untuk menningkatkan kemajuan ekonomi rakyat. apa bila perlu pimpinan membuat jadwal tugas bagi karyawan perusahaan.

di dalam manajemen tersebut perlu menggunakan berbagai teknik yaitu: etika,jadwal tugas, daftar hadir,dll.

Selasa, 07 April 2009

Puisi @

DUNIA ANAK INDONESIA

Dunia sangat penuh sesak
Berjuta anak indonesia
Tak jauh dari alam
Banyak anak indonesia yang terlantar
karna orang tua tak mampu membiayai


Ku harap pemerintah meringankan biaya
Hidup sangatlah sulit
Bumi,bulan,matahari dan bintangpun saat rukun
Tetapi mangapa manusia tak pernah rukun
Kudengar hiruk pikuk anak dan orang tua selalu ricuh


Bangkitkan lah dunia dan negara kita
Dunia anak indonesia
Harus kita perhatikan demi ke hidupan
Tanpa mereka dunia takkan ada.

Rabu, 01 April 2009

Contoh Laporan Studi kasus.


  1. BAB 1
    PENDAHULUAN

    A.LATARBELAKANG
    Menurut I.Djumhur pada umum nya pendididkan diartikan sebagai suatu proses bantuan yang di beri kan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai ke dewasaan.
    Sedangkan mengartikan pendi dikan sebagai suatu proses pertum buhan dan perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tertentu timbullah interaksi antara individu dengan lingkungannya baik secara fisik maupun secara sosial kultural.
    Proses pendidikan dapat bersifat formal maupun non formal yaitu Pendidikan yang berada dilingkung an keluarga dan lembaga – lembaga yang bersifat non formal.
    Sedangkan sekolah merupakan
    lembaga pendidikan formal yang mempunyai peranan penting dalam proses pendewasaan anak dan menjadikannya berguna dalam masyrakat.
    Sekolah sebagai lembaga pendi dikan mempunyai tanggung jawab untuk Sebagai seorang guru yang baik maka guru tidak hanya menya mpaikan materi yang sesuai tetapi juga harus tanggapan terhadap segala macam masalah – masalah yang dihadapi oleh siswa nya. Besar kecilnya hambatan yang dihadapi oleh siswa merupakan salah satu faktor tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan tersebut.
    Sehubungan dengan hal tersebut maka seorang guru harus memberi kan layanan bimbingan terhadap siswa yang mengalami keterlambat dalam belajar.
    Layanan bimbingan siswa merupakan salah satu model pem berian bantuan lay anan dan bim bingan kepada siswa seba gai upaya pemberian bantuan pemecahan yang dihadapi siswa secara efektif dan efi sien, dengan harapan proses belajar mengajar dapat terlaksana secara optimal.
    Berdasarkan gambaran tersebut diatas , maka dalam penyusunan studi kasus dan layanan bimbingan siswa ini akan dibahas tentang masa lah yang di hadapi oleh klien dalam hal ini siswa SDN KAUMAN 2, Kecamatan Bojonegoero , Kabu paten Bojonegoro.

    B.PENGERTIAN STUDI KASUS
    Studi kasus adalah suatu metode komprehensif pengumpulan dan me rangkuman data tentang individu. Studi kasus memberikan gambaran komulatif tentang perkembagan dan faktor – faktor yang ada pada saat itu. Informasi yang ada diperoleh dari berbagai sember yang dapat diandalkan yaitu: dari tes dan non tes.Studi kasus berisi dokumentasi pendukung,interpetasi, rekomendasi tindakan, dan follow up untuk mengecek kemajuan dan hasil yang dicapai.
    Dalam arti lain studi kasus adalah sebagai usaha mempelajari tentang diri siswa yang diperkirakan mempunyai masalah yang timbul didunia pendidikan di sekolah dengan menganalisis suatu masalah dan mencarikan jalan pemecahan nya agar meringankan beban masa lah yang dihadapi siswa demi lancar nya proses belajar mengajar.


    C. TUJUAN STUDI KASUS

    Tujuan studi kasus di sekolah adalah untuk mencapai dan men dapatkan pema haman menyuluhan mengenai siswa yang bermasalah sehingga dapat dibuat pro gram bantuan. tujuan studi kasus dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

    v TUJUAN UMUM
    Secara umum tujuan studi kasus bertujuan untuk :
    1. Umum memproleh gambaran yang jelas tentang keadaan pribadi siswa Yang di anggap mempunyai masalah belajar.
    2. Untuk mengetahui penyebab - penyebab dan menerapkan jenis dan sifat Kasukitan belajar serta latar belakang timbulnya masalah yang dihadapi Siswa Kasus.
    3. Untuk memberi bekal pengala man kepada calon guru agar lebih peka Terhadap permasa lahan yang dihadapi siswa dan mampu memecahkan nya.

    v TUJUAN KHUSUS
    Secara khusus pelaksanan studi kasus bertujuan untuk:
    1. Memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mempunyai masalah.
    2. Membantu siswa menyesuaia kan diri dengan lingkungan.
    3. Membantu siswa memecahkan masalah dan mengembangkan potensi belajar siswa secara optimal.

    D. KEGUNAN STUDI KASUS

    Kegunaan studi kasus dalam layanan bimbingan siswa disekolah adalahmerupakan suatu upaya dalam membantu siswa yang berma salah supaya dapat memahami ke mampuan dirinya dan lingkungan dalam usaha untuk meningkat kan prestasi belajar siswa kasus.
    Selain itu juga dapat berguna untuk siswa agar mengetahui ke adaan diri sendiri dan bisa ber adap tasi dengan lingkungan sekitarnya.

    E. PENGERTIAN LAYANAN
    BIMBINGAN SISWA

    Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan seseorang kepa da orang lain sehubungan dengan kegiatan dalam membuat pilihan . Pengertian bimbingan dan penyu luhan menurut beberapa ahli seba gai berikut:
    1. Dalam “Jear Book of Eduction” Bimbingan adalah suatu proses membantu
    2. individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuan agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
    3. Menurut “Stoops” Bimbingan adalah suatu proses yang terus menerus dalam membantu per kembangan individu untuk men capai kemampuannya secara maksimal dalam megarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi diri sendiri maupun untuk oranglain.
    4. Menurut “Crown & Crow” Guidance merupakan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita, yang me miliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai , kepada seorang individu dari setiap individu dari setiap usia untuk menolong nya mengarah kan kegiatan – kegiatannya sen diri, mengembangkan arah pan
    dangannya sendiri, mem buat pilihan sendiri dan memikul be bannya sendiri.
    5. Menurut “Frank w.miller (1961)” Bimbingan adalah suatu proses pemberian ban tuan kepada individu dalam mencapai pemahaman dan pengarahan diri agar dapat menyesuaikan diri secara mak simal terhadap sekolah, kelu arga dan masyarakat.
    6. Menurut “Montesen & Sch mu ller (1964)”Bimbingan adalah su atu proses pemberian bantu an kepada individu secara berkela jutan dan sistematis ya ng dilaku kan oleh seorang ahli yang men dapat pela tihan khusus ten tang hal itu, dan dimak sudkan agar individu dapat memahami diri dan lingkungan nya dan dapat mengembang kan diri secara opti mal untuk kesejah teraan diri dan lingkungan Ada pun pengertian bimbingan yang tercantum dalam buku petunjuk pelaksanaan PPL adalah sebagai berikut:
    Ø Bimbingan adalah upa ya megenal, mema hami sis wa kasus dengan kegiatan mengidentifikasi, mendiag nosis, memprog nosis, dan memberikan pertim bangan pe meca han masalah.
    Ø Dari pengrtian diatas layan an bimbingan diarti kan se bagai usaha pemberian ban tuan kepada siswa untuk mencari alternatif peme cahan dari masalah yang dihadapi. Sedangkan siswa didik nya dapat memilih alter natif yang cocok bagi dirinya sendiri dalam
    usaha megatasi kesuli tannya.

    F. TUJUAN LAYANAN
    BIMBINGAN SISWA

    Berdasarkan pegertian dan sifat layanan bimbingan siswa,maka tuju anyang ingin dicapai dalam layanan bimbingan siswa ini adalah sebagai berikut:

    v TUJUAN UMUM:

    1. Mengenali latar belakang pribadi siswa yang mempunyai masalah .
    2. Mengembangkan kemampuan meren canakan masa depan yang beracuan pada minat, bakat ,dan kemampuan.
    3. Membantu siswa didalam meng embangkan pengartian,pemaha man diri dan kemam puan meme cahkan masa lah tanpa menimbul kan masalh baru.
    4. Memahami dan menetapkan jenis, sifat dan faktor penyebab serta alter natif pemecahan dalam mengantisi pasi timbulnya masalah yang serupa.

    v TUJUAN KHUSUS:
    Membantu proses sosialisasi dan sensitifikasi kepada kebutuhan orang lain.
    Membantu murid untuk mengem bangkan motifasi intrinsik dalam belajar sehingga tercapai pening katan prestasi belajar.
    Membantu murid untuk hidup se imbang dalam aspek fisik, mental, dan sosial.
    Membantu murid untuk mengem bangkan pema haman diri sesuai dengan kecakapan, minat pribadi dan hasil belajar serta kesempatan yang ada.

    G. PENTINGNYA LAYANAN BIMBINGAN SISWA


    Layanan bimbingan siswa sangat penting bagi semua personal yang terkait baik itu kepala sekolah, guru wali kelas, guru mata pelajaran, yang bersang kutan, orang tua, maupun guru praktikan (PPL). Adapun kegunaan layanan bimbingan siswa ini adalah sebagi berikut:

    1. KEPALA SEKOLAH
    Sebagai informasi atau masuk kan, sehingga dapat memberikan pembinaan dan mengkoordinasikan atau kerjasa ma dengan pihak yang dapat memberi kan pemecahan ma salah siswa kasus, serta mengurangi kendala yang ada.

    2. GURU WALI KELAS
    Wali kelas sebagai penggung jawab terhadap proses belajar mengajar yang
    terjadi dikelas maka dengan adanya layanan bimbingan siswa ini dapat
    di nyatakan referensi memperoleh infor masi perkembangan anak dan dapat berpartisipasi dalam pemecahan masalah yang dihadapi siswa, sehingga dapat membina dan mengarahkannya.

    3. GURU MATAPELAJARAN
    Pelaksanan layanan bimbingan siswa yang tepat dapat membantu mengatasi gangguan yang terjadi dalam proses belajar mengajar dikelas sehingga dapat membantu menga rahkan pilihan pemecahan masalah yang dihadapi siswa sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri.

    4. SISWA YANG BERSANGKUTAN
    Dengan adanya layanan bimbing an siswa ini dapat membantu siswa me nyelesaikan masalah yang dihadapi
    dan dapat mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya.

    5. ORANG TUA / WALI MURID
    Dengan adanya layanan bim bingan siswa ini dapat memberikan masukan dan peningkatan perhatian terhadap aspek pribadi siswa yang perlu dibenahi untuk mambantu pro ses peningkatan demi masa depan siswa kasus.
    6. PRAKTIKAN (PPL)
    Dapat memperolah pengalaman yang nyata dalam menghadapi siswa
    dengan beragam karakteristiknya, sehingga pada akhirnya dapat melatih
    keterampilan dalam melakukan tugas layanan bimbingan siswa yang dihadapi oleh siswa. Hal itu dapat meningkatkan beban siswa, ssehingga siswa tersebut dapat mewujudkan cita-cita.

    H. METODE
    PENGUMPULAN DATA
    Dalam rangka memperoleh data yang akurat tentang diri siswa,penulis dalam penyusunan studi kasus dan layanan bimbingan siswa ini mene rapkanbeberapa metode pengum pulan data sebagai berikut:

    v Metode Interviuw / wawancara:
    Metode ini digunakan untuk menge tahui hal-hal yang belum Teru ngkap dalam angket atau untuk menge cek prosentase keakuratan data angket.
    metode ini di lakukan terhadap siswa kasus, teman sekelas,dan guru wali

    kelas mengenai hal yang relevan dengan masalah yang dihadapi siswa kasus.

    v Metode Angket:
    Metode ini berupa angket isi anyang memuat sejumlah pertanyaan
    guna memperoleh informasi seputar diri siswa,keluarga dan lingkungannya
    yangdiberikan kepada siswa kasus, orang tua siswa dan guru walikelas untuk di isi datayang sebenar-benarnya.

    v Studi Dekumentasi:
    Dalam hal ini penulis mempelajari, menganalisa serta menafsirkan data
    seputar siswa yang terdapat pada dokumen-dokumen di SDN Kauman II
    Bojonegoro atau pada guru kelas yang bersangkutan.

    v Problem Ceeklist:
    Merrupakan suatu daftar kemu ngkinan masalah yang pernah atau sedang dialami siswa kasus.

    v Observasi:
    Penulis mengamati langsung tingkah laku siswa kasus,baik didalammaupun diluar kelas,serta dilingkungan sekolah.

    I. Prosedur Pengumpulan Data
    Ranvcangan yang digunakan guru
    dalam membantu siswa kasus diantaranya adalah sebagai berikut:
    1. Analisis.
    Analisis adalah merupakan langkah untuk mengumpulkan informasi trenteng diri anak beserta latar belakangnya.Hal itu bertujuan untuk memperoleh pemehaman tentang diri anak dalam berhubungan dengan syarat-syarat yang diperlukan untuk memperoleh penyesuaian diri baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.Untuk mendapatkan data yang sebanyak-banyaknya dan dapat dipertanggungjawabkan,maka guru mnenggunakan bermacam-macam metodeantaralain;Angket,observasi,wawancara,dan lainnya.

    2. Sintesis.
    Sintesis adalah usaha untuk merangkum,menggolongkan dan menghubungkan data yang dipe roleh dalam tahap analisis.Dengan demikian dapat menunjukkan kese luruhan gambaran tentang diri anak, rumusan ini bersifat ringkas dan padat.

    3. Diangnosis.
    Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data dari suatu masalah yang dihadapi.Rumusan diagnosis dilakukan melalui proses pengambilan atau penarikan kesim pulan yang logis.

    4. Prognosis.
    Prognosis adalah langkah yang ditempuh untuk menetapkan jenis atau
    tehnik bantuan yang diberikan kepada anak didik serta memprediksi kemungkinan yang akan timbul oleh anak sehubungan dengan masalah yang
    sedang dialami.

    5. Treatment.
    Tahap ini merupakan tahap pengembangan strategi pemecahan maslah dalam konseling.Guru membantu anak menemukan sumber-sumber pada diri anak.Sumber-sumber lembaga dan masyarakat guna membantu anak mencapai penyesuaian yang optimal.Melalui tahap ini guru memberikan alternatif pemecahan masalah dengan tetap mempertimbangkan kelebihan dan
    kekurangan dari setiap alternatif yang mungkin dapat dilakukan.

    6. Follo Up.
    Follow up mengacu pada segala kegiatan membantu siswa setelah mereka memperoleh layanan konseling, tetapi kemudian menemui masalah baru atau munculnya kembali masalah yang lampau.

    7. Alasan Pemilihan Klien.
    Praktekan berusaha mengamati siswa mana yang memerlukan bimbingan selama proses belajar mengajar di kelas pada waktu praktek mengajar di SDN Kauman II Bojonegoro. Berdasarkan data yang di peroleh, maka praktekan dapat mengungkapkan dasar yang di gunakan dalam memilih klien sebagai
    berikut:
    Hasil ulangan blok ( harian ) klien pada mata pelajaran inti: Bahasa Indonesia, Matematika, IPS, IPA, PKN masih sangat memperhatikan.






    BAB II
    LAYANAN BIMBINGAN SISWA

    Seperti yang sudah disebutkan di depan bahwa kegiatan layanan bimbingan siswa merupakan upaya mengenal, memahami, dan menera pkan siswa yang suka berkelahi di dalam kelas pada saat pelajaran berlangsung dengan kegiatansebagai berikut:

    A. Identifikasi siswa kasus
    Tujuannya adalah untuk menentukan siswa yang diperkira kan suka ber kelahi di dalam kelas pada saat pelajaran berlangsung, sehingga memerlukan bimbingan dan pengawasan dari guru maupun orang tua murid. Dalam melak
    sanakan kegiatan ini, maka pe serta praktikan mendapat penga rahan dan bantuan terle bih dahulu yaitu dengan berusaha mendapatkan infor masi yang
    berkaitan dengan siswa yang bermasalah tersebut agar dapat ditentukan letak permasalahan yang dialami oleh siswa tersebut:
    Adapun teknik yang digunakan untuk mendapatkan informasi tersebut ialah:
    1. Mempelajari prestasi yang dicapai siswa kasus yang terdapat pada raport.
    2. Mempelajari data yang berhubungan dengan pribadi siswa dengan cara
    Ø mengunakan angket dan wawancara.
    3. Mempelajari dan memban
    dingkan hasil belajar siswa satu kelas dengan berbagai macam bidang studi. Adapun hasil belajar siswa kelas IV ditahun pelajaran 2007 sebagai berikut:

    Ida
    78
    66
    77
    80
    80
    Baik
    Rizal
    67
    67
    77
    78
    87
    Cukup
    Richal
    77
    77
    80
    85
    89
    Cukup
    Brili
    70
    76
    78
    73
    77
    Cukup
    Billa
    87
    80
    77
    84
    70
    Cukup
    Dwiki
    66
    78
    80
    74
    85
    Cukup
    Arga
    80
    82
    87
    88
    90
    Baik
    Nanta
    100
    100
    95
    97
    99
    Sangat baik
    Chelvi
    67
    76
    77
    66
    78
    Cukup
    M guntur
    77
    77
    78
    76
    77
    Cukup
    Irma
    87
    80
    80
    89
    80
    Baik
    Heki
    90
    95
    90
    89
    87
    Sangat baik
    Vian
    95
    89
    78
    85
    92
    Sangat baik


    A. Standar Kompetensi Minimal (SKM) :70
    B. Nilai Bahasa Indonesia :89
    C. Nilai Ilmu Pengetahuan Alam :95
    D. Nilai Matematika :80
    E. Nilai Ilmu Pengetahuan Sosial :76
    F. Nilai Pendidikan Kewarga Negaraan :89

    2. Teknik non testing
    Dalam pengamatan metode yang mengetahui kesehariannya klien. Berikut
    ini pengamatan lebih banyak di lakukan pada saat di sekolah. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa:
    a. Hasil Ulangan Blok(harian) klien pada mata pelajaran inti:Bahasa Indonesia,
    b. Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu pengetahuan Sosial, Matematika, Pendidikan Kewarga
    negaraan sudah memenuhi Standar Kompetensi Minimal.
    c. Klien tersebut kurang belajar karena malas dalam belajar.
    d. Di lihat dari keaktifan klien kurang aktif dalam memperhatikan,cenderung ramai,tapi
    sebenarnya dia mudah paham terhadap materi.
    e. Klien kesulitan dalam pelajaran Bahasa daerah, Bahasa Englihs.
    f.Klien kurang konsentrasi dan tidak menunjukkan sikap antusiasterhadap guru
    sehangga sebagaimana mestinya teman - teman lainnya dapat mengikuti
    pelajaran yang telah di pelajari.
    g. Hampir semua guru yang mengajardi kelas tersebut,memberikan kesimpulan yang
    sama tentang keadaan klien.
    h.Praktikan memiliki minat dan wawasan serta pengalaman yang cukup memadai untuk
    mendalami kasus yang di pilih.
    e. Wawancara.
    Wawancara Yaitu mengadakan komunikasi secara langsung antara pengambil data dan sumber data/klien.Tehnik ini penulisannya dilakukan dalam bentuk tanya jawab untuk memperoleh keterangan lebih lanjut dari data yang diperoleh. Dari hasil wawancara tersebut,praktikan memperoleh data-data berikut:
    v Wawancara dengan klien:
    Dari wawancara dengan klien diperoleh data sebagai berikut:
    1.Klien adalah tiga anak bersaudara,denga pola asuh cukup longgar.
    2.Klien sering menghiraukan pelajaran yang disampaikan dalam kelas.
    3.klien malas dalam belajar dan tidak dapat mengatur waktu untuk menjalani proses belajar
    secara konsisten.
    4.Klien selalu terlambat dalam mengerjakan tugas.
    5.Klien punya kemauan untuk berubah,keadaan yang dialami.
    f. Angket.
    Metode ini merupakan untuk memperoleh sejumlah data tentang diri siswa
    sesuai dengan keadaan yang ada pada dirinya.Angket yang diberikan pada siswa/klien berisi data tentang identitas siswa,data kesehatan,data keluarga/pribadi data kesehatan,data keluarga/pribadi dan tempat tinggal,data orang tua siswa,data prestasi yang pernah dicapai (akademik dan non akademik).Data angket siswa ini memberikan sejumlah informasi yang dimuat dalam identitas kasus.

    g. Problem Check list

    Problem check list memuat catatan tenteng masalah-masalah yang pernah

    dialami siswa dalam kaitannya dengan kesehatan,masalah sifat atau

    kebiasaan,masalah keadaan kehidupan ekonomi,masalah keluarga,masalah agama

    dan moral,masalah hubungan sosial dan berorganisasi,masalah hobi,dan

    penggunaan waktu,masalah penyesuaian terhadap sekolah,masalah masa depan

    yang berhubungan dengan dengan pekerjaan,masalah kebiasan belajar,masalah

    intelektual,masalah moral dan sosial.Serta masalah-masalah lain baik yang

    berhubungan secara langsung ataupun tidak langsung yang pernah dialami siswa

    terutama semenjak memasuki jenjang sekolah.

    B.Sintesis.

    Sintesis adalah usaha untuk mengumpulkan dan menyusun data pada tahap

    analisis,sehingga dapat diambil kesimpulan dan gambaran tentang klien.Dari

    pencarian data yang telah dilakukan melalui angket,problem check list,

    observasi,danwawancara maka dapat disimpulkan bahwa klien yang bernama

    Anton (fiktif) mengalami permasalahan berikut:

    1.Masalah kesehatan tidak ada gangguan yang berarti.

    2.Masalah sifatdan kebiasaan suka tersenytum dan tidak bisa diam bahkan

    Sering berkelai dengan tennya pada saat guru menerangkan.

    3.Masalah pergaulan suka menggoda temannya.

    4.Masalah kehidupan keluarga kurang mendapat bimbimngan belajar.

    5.Maslah agama dan moral,kurang tekun dalam menjalankan kewajiban ibadah.

    6.Masalah penggunaan waktu lebih banyak bermain dan nonton televisi.

    7.Masalah belajar sambil lalu yang dilakukan tidak serius.

    8.Masalah penyesuaian dengan sekolah lambat dalam menyelesaikan tugas yang

    Diberikan guru.

    9.Masalah rekreasi /olah raga /hobby yang mengabaikan tugas.
    10.Kurang bimbingan dan perhatian orang tua dalam masalah belajar.

    C. Diagnosis.

    Diagnosis merupakan tahap menentukan jenis masalah yang di alami oleh

    klien serta faktor penyebabnya.Dalam tahap diagnosis terdapat dua langkah pokok

    yang perlu diperhatikan yaitu:

    1. Identifikasi.

    Identifikasi adalah tahap merinci masalah yang dihadapi saat ini berdasarkan

    cenderung hiperaktif.Hal ini mengakibatkan klien sering ramai,dan tidak

    memperhatikan pelajaran sehingga terlambat dalam menyelesaikan tugas dari

    guru.mengenai hubungan teman di kelas,klien sangat aktif dan suka mengganggu

    temannya.

    2. Etiologi.

    Etiologi adalah tahap untuk mengetahui penyebab timbulnya masalah, pada dasarnya

    penyebab timbulnya masalah dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu:

    a.Dari dalam klien sendiri (internal):

    Pada saat belajar di rumah klien kurang memanfaatkan waktu untuk

    belajar,juga kurang bisa membagi waktu dan kadang klien menghabiskan

    waktunya untuk bermain dan nonton televisi untuk menghilangkan kejenuhan.

    Selain itu sudah watak klien sebagai anak yang hiperaktif.


    b.Dari luar klien (eksternal):

    Keluarga:

    1.Klien termasuk anak yang dimanja, dan makal .

    2.Klien mempunyai saudara kandung laki-laki.

    Linkungan sekolah:

    1.Ada beberapa pelejaran yanng tidak disukai.

    2.Sebagian besar teman cewek suka membicarakannya.

    D.Prognosis.

    Tahap proknosis adalah tahap prediksi kemungkinan yang dihadapi klien jika

    masalahnya tidak mendapat bantuan.Berdasarkan identifikasi dan etiologi masalah

    tersebut kemungkinan yang terjadi pada diri klien adalah:

    1.Apabila masalah-masalah yang muncil tidak dengan segera diatasi

    kemungkinan besar yang akan terjadi antara lain:

    a. Berkaitan dengan pribadi:

    Ø Klien akan tetap hiperaktif dan ramai dalam waktu proses belajar

    dikelas.

    Ø Kebiasaan klien yang suka mengganggu temannya saat pelajaran

    terutama pada temannya.


    b. Berkaitan dengan belajar:

    Ø Klien akan tetap terlambat dalam menyelesaikan tugas dari

    gurunya.

    Ø Prestasi belajar klien sulit berkembang,padahal sebenarnya klien

    mempunyai bakat dan memiliki ke inginan untuk sukses.

    c. Berkaitan dengan interaksi sosial:

    Ø Klien akan tidak disukai oleh temannya terutama anak putri.

    Ø Klien akan tetap tidak bisa menerima segala keputusan yang ada

    dalam keluarga,karena terbiasa bahwa masalah harus

    diselesaikaan sesuai dengan keinginannya.

    2. Apabila masalah –masalahnya teratasi, kemungkinan klien bisa manghadapi

    Segala permasalahannya dengan proporsional dan tidak mengganggu

    Konsentrasinya sebagai pelajar yang memiliki kewajiban belajar demi

    Suksesnya masa depan yang menjadi miliknya.

    E.Usaha pemberian bantuan ( Treatment )

    Usaha pemberian bantuan adalah upaya yang dilakukan untuk membantu klien

    dalam memcahkan masalah menuju perkembangan yang optimal. Pemberian

    bantuan ini harus disesuaikan dengan faktor penyebab timbulnya masalah yang

    dihadapi oleh klien. Jenis bantuan yang direncanakan untuk klien adalah sebagai

    berikut:

    1. konseling.

    2. kerjasama dengan wali kelas.

    3. konsultasi dengan guru BK.

    4. kerjasama dengan orang tua wali murid.

    Mengingat waktu, situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, maka altenatif

    yang dilakukan dalam usaha pembelajaran bantuan tidak sesuai dengan yang

    direncanakan. Usaha pemberian bantuan yang dilaksanakan sebagai berikut:

    1. Konseling (bimbingan )

    Dalam teknik ini pemberian bantuan dilaksanakan dalam bentuk hubungan

    yang bersifat face to face yaitu antara klien dengan praktikan. Layanan ini yang

    bertujuan untuk membantu klien dalam memecahkan masalah, dengan bantuan

    yang diberikan praktikan terhadap siswa. Maka praktikan dapat mengharapkan

    terjadi perubahan yang terjadi pada diri siswa agar tidak menggulangi kembali

    masalah yang sudah terjadi. Maka dengan itu praktikan memberikan nasehat

    agar siswa kasus tersebut tidak berkelahi kembali pada saat pelajaran berlangsung.

    Dalam konseling praktikan memberikan masukan bahwa setiap manusia pasti

    Mempunyai masalah mamun berat dan ringannya permasalahan tesebut ter

    gantung pada diri kita sendiri. untuk menyikapinya, maka jalan yang disarankan

    adalah mendekatkan diri kepada tuhan agar diberikan pikiran yang jernih dan

    lapang, agar masalah yang dihadapinya menemukan jalan keluardan mengganggap

    bahwa semua itu pasti ada hikmahnya. Selain itu sifat keterbukaan dan pikiran

    yang dewasa akan menyelesaikan segala persoalan.

    2. Kejasama dengan guru kelas.

    Kejasama ini dilakukan untuk mencari jalan keluar dari masalah yang

    dihadapi oleh klien, karena wali kelas adalah orang yang paling mengerti tentang

    latar belakang siswa yang bersangkutan . dengan pendekatan dan interaksi secara

    kontinyu wali kelas dapat menyimpan segala rahasia tentang siswa yang mengalami

    masalah bahkan wali kelas dapat memberikan bantuan secara intentifdan dapat

    memperhatikan dengan pendekatan personal. Hal ini dilakukan dengan mengambil

    jam diluar jam pelajaran sehingga tidak menimbulkan kecemburuan terhadap

    siswa.

    Dengan demikian wali kelas sangatlah berperan sekali untuk membantu siswa

    dalam memberikan motifasi belajar membantu untuk masalah biaya sekolah.

    Misalnya dengan mengajukan beasiswa tidak mampu pada sekolah. Dengan adanya

    perhatian tersebut akhirnya klien secara, bertahap dapat memperbaiki nilai yang

    mungkin berpengaruh tehadap masa depan nya.

    3. kerjasama dengan guru BK.

    Kerjasama dengan guru Bk ini berkenan dengan prilaku secara umum yang

    dialami oleh klien, dengan data yang didapat praktikan melakukan dengan mencari

    solusi untuk memecahkan masalah yang dialami oleh siswa bersangkutan, hal ini

    menjadi penting karena dengan hanya memakai data yang ada praktikan tidak

    cukup tepat dalam memberikan layanan bimbingan.

    4. Kerjasama dengan orong tua ( wali ).

    Kunjungan kerumah ( home visit ) dilakukan untuk mengetahui latar

    belakang ( beground ) keluarga dan kondisi klien dilingkungan rumah. Komunikasi

    di lakukan dengan orang tua klien ( ibu ) agar klien diberikan perhatian khusus

    dalam kaitannya dengan proses belajar dirumah. Jika dianggap perlu sebaiknya

    didatangkan guru privat untuk memberikan bimbingan belajar bagi klien, Untuk

    mengkordinasikan klien menjalani proses belajar di rumah, maka secara ber

    gantian seminggu 3x selama dua minggu kami memberikan bimbingan belajar

    dengan cara jemput bila ke rumah klien.

    Rupanya usaha ini membuahkan hasil, dimana orang tua semakin terbuka

    dan menyadari akan kebutuhan anak untuk di berikan perhatian khusus dalam

    belajar. Selama ini orang tua hanya memerintahkan anak untuk belajar, tetapi

    tidak pernah di bimbing dalam belajar. Setelah proses bimbingan berjalan selama

    4x pertemuan ternyata klien menujukan perubahan yang cukup positif yaitu

    merasa nyaman untuk menjalani proses belajar secara mandiri, pada tahap ini

    mulai muncul motivasi dan kesadaran belajar secara serius yang menggambarkan

    ke inginan orisinil yang di miliki selama ini.

    F. Follow up ( tindak lanjut ).

    Follow up adalah usaha yang di lakukan praktikan untuk mengikuti

    perkembangan klien setelah klien mengambil suatu keputusan sendiri untuk

    bertindak. Selain itu dalam upaya tindak lanjut pratikan juga mengevaluasi

    keberhasilan atau tidaknya upaya bantuan yang di berikan kepada klien tentang

    masalah pribadi, belajar dan juga sosial yang di hadapi. Karena klien sering

    memikirkan permasalahan tersebut maka akan mempengaruhi konsentrasinya

    dalam belajar, maka uasah ayang di berikan pada klien antara lain:

    1. untuk mengatasi masalah pribadi:

    Ø Memberikan motifasi dan support kepada klien agar klien lebih

    termotivasi sehingga percaya dirinya bisa tumbuh.

    Ø Memberikan pengertian bahwa semua permasalahan itu pasti ada

    hikmahnya dan agar berusaha bersabar dalam enjalani hidupnya dan

    jangan lupa selalu berdo’a kepada tuhan yang maha kuasa.

    2. Untuk mengatasi masalah belajarnya:

    Ø Membantu membuat jadwal secara terinci yang bersifat rutinitas yang

    nantinya akan membantu klien untuk labih bisa memanfaatkan waktu

    belajar sebaik mungkin.


    Ø Memberikan pengertian bahwa belajar jangan takut salah, karena salah

    dalam belajar itu adalah sesuatu yang biasa.

    Ø Lebih sering menunjukan klien untuk aktif dan fokus dalam mengikuti

    pelajaran di kelas, seperti menunjukan klien ke depan kelas untuk

    mengerjakan soal atau menjawab soal.

    3. Untuk mengatasi masalah sosialnya:

    · Melatih klien untuk bisa mengurangi sifatnya yang hiper aktif yang

    suka mengganggu temanya.

    · Sering mengajak ngobrol tentang apa yang ia kehendaki atau yang ia

    cita – citakan.

    · Memotivasi klien untuk bergaul sewajarnya, terutama dengan anak

    putri.

    · Memberikan pengertian bahwa semua permasalahan itu paasti ada

    hikmahnya dan agar beruasha, bersabar dalam menjalani hidupnya

    dan jangan lupa selalu berdo’a kepada tuhan yanga maha kuasa.


    .....................................@ 2 @...................................






    BAB III
    PENUTUP

    A.Kesimpulan.

    Berdasarkan hasil analisis data klien yang diperoleh melalui obsevasi, check –

    list dan wawanccara, maka praktikan dapat menemukan kesulitan yang dihadapi

    klien. Adapun masalah yang dihadapi klien dapat disimpulkan yaiu:

    1. Masalah Pribadi:

    ü Klien akan tetap hiperaktif dan ramai dalam waktu pelajaran berlangsung

    di kelas.

    ü Kebiasaan klien yang suka mengganggu temannya saat jam pelajaran.

    2.Masalah Belajar:

    ü Klien akan tetap terlambat dalam menyelesaikan tugas dari gurunya.

    ü Prestasi belajar klien sulit berkembang,padahal sebenarnya klien

    mempunyai bakat dan memiliki keinginan untuk sukses.

    3.Masalah Sosial:

    ü Klien akan tidak di sukai oleh temannya terutama anak putri.

    ü Klien akan tetap tidak bisa menerima segala keputusan yang ada dalam

    keluarga,karena terbiasa bahwa masalah harus di selesaikan sesuai dengan

    keiginannya.

    B.Saran.

    Agar permasalahan yang dihadapi oleh klien cepat terselesaikan,maka

    praktikan mengemukakan beberapa pendapat;

    1.kepada klien;

    ü Untuk lebih berusaha dan semangat dalam belajar agar tidak ketinggalan

    dengan teman-temannya.

    ü Untuk lebih terbuka dengan teman,orang tua,wali kelas dan BK untuk

    mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi.

    ü Hendaknya menjalin hubungan pertemanan yang baik denga teman-teman

    sekekas,menjalin hubungan baik dengan guru mata pelajaran untuk

    memoerlancar komunikasi dan jangan pernah takut atau malu untuk

    bertanya tentang apapun kepada guru tentang apa saja yang belum

    mengerti.

    2.Kepada wali kelas ;

    ü Membantu siswa yang mengalami masalah,

    ü Memperlihatkan tingkah laku anak didiknya karena begitu walli kelas bisa

    mengetahui perubahan tingkah laku anak didiknya.

    ü Menyediakan waktu untuk berdialog dengan siswanya.

    ü Memberikan motifasi belajar kepada siswanya.

    3.Kepada Bimbingan Konseling (BK);

    ü Untuk meningkatkan komunikasi kepada siswa.

    ü Memberikan motifasi kepada siswa baik dalam menyelesaikan masalahnya

    maupun dalam kegiatan belajarnya.

    ü Lebih meningkatkan peranannya dalam membantu siswa untuk

    menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

    4.Kepada orang tua wali;

    ü Memberikan perhatian khusus dalam pergaulan saat dirumah.

    ü Memberikan bimbingan belajar kepada anak saat dirumah.

    ü Memenuhi kebutuhan anak yang menunjang proses belajarnya.

    ü Memberikan motifasi dan intensif yang diperlukan anak.


    ...................................@ 3 @.........................................


Contoh Laporan Manajemen



PERANAN KOMPUTER & MANAJEMEN PERKANTORAN DALAM MEMBANTU KELANCARAN KERJA GURU





LEMBAR PENGESAHAN




Laporan tugas akhir ini tentang aktifitas OJT ( On The Job Traing ) di SDN NGUMPAK DALEM 01 Untuk melengkapi laporan tugas akhir yang di selenggarakan oleh LP2M KUSUMABANGSA BOJONEGORO dengan jurusan ADMINISTRASI PERKANTORAN DAN KEUANGAN KANTOR.



Dengan di ketahui Oleh :


Kepala Sekolah Dosen Pembibing
SDN Ngumpak dalem 01 LP2M Kusuma Bangsa



( SUWITO. SPd ) ( LINNA SETYAWATI.SPd )
NIP : 130 424 240




Megetahui
Direktur Utama LP2M Kusuma Bangsa



( FAKTUR MU’IN.S.Ag.MM )








1



KATA PENGANTAR



Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas telimpahnya rahmat serta hidayahnya kapada kita semua. Sehingga kita dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah ini dengan judul “Peranan Komputer & Manajemen Perkantoran Dalam Membantu Kelancaran Kerja Guru“di SDN NGUMPAK DALEM 01 KEC. DANDER KAB. BOJONEGORO. Dalam tugas akhir ini dapat disusun sebagai bahan pertimbangan kelulusan, sebagai peyempurna bilamana di perlukan sebagai perbaikan / sebagai contoh bentuk perkuliahan di massa yang akan datang.

Kami sangat menyadari bahwa dalam rangka penulisan atau penyusun tugas ini, dengan banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak yang semua ini dalam maksud untuk memperlancar penyusunan tugas akhir ini .

Untuk itu kami menyampaikan ucapan terimakasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang ikut mendukung terutama, pembantu langsung dalam pembuatan tugas akhir ini.

Sebagai akhir kata dengan kerendahati, penulis menyadarinkekurangan –kekurangan baik matri maupun bahasanya. Oleh karena itu penulis berlapang dada dan sangat berterima kasih atas kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas akhir perkuliahan ,pada tahun ajaran 2008 / 2009.

Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa mencurahkan rahmad, Taufik serta hidayahnya kepada kita semua .


Bojonegoro, 27 septermber 2008
Penulis



( TITIN HERJAYANI.A.Ma.Pd. )
NIM: 200 049 93 & NIP : 991 025 016






2
UCAPAN TERIMA KASIH

Kami sangat bersyukur atas terselesainya tugas akhir ini sebagai syarat bagi kelulusan dalam menempuh kesuksesan di program pendidikan setara diploma 1 “ LP2M KUSUMA BANGSA “
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini kami mengucapkan bayak terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu mendukung dan membantu langsung dalam pembuatan laporan tugas akhir ini sehingga kami dapat menyelesaikan tugas akhir ini sesuai dengan perintah atasan maupun tepat pada waktunya .
Pada kesempatan ini kami selaku penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Tuhan yang maha esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya.
2. Kedua orang tua serta keluarga yang telah memberikan dukungan secara moral dan material
dalam menyelesaikan tugas ahkir kuliah.
3. Bapak Suwito S.Pd selaku kepala sekolah SDN NGUMPAK DALEM 01.
4. Bapak Fatkur Mu’in S.Ag.MM selaku direktur utama LP2M “KUSUMA BANGSA”.
5. Ibu Linna setyawati S.Pd selaku dosen pembimbing LP2M “KUSUMA BANGSA”.
6. Serta Teman –teman / Rekan – rekan guru maupun dosen yang berada di LP2M “KUSUMA
BANGSA”maupun di SDN NGUMPAKDALEM 01.
7. Serta Teman –teman di LP2M “KUSUMA BANGSA”yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung selama menyelesaian OJT(ON THE JOB TRAING).
Dalam akhir kata – kata ini, penulis berharap semoga segala sesuatu yang telah di hasilkan dalam pelaksanaan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca sehingga dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan di bidang administrasi perkantoran.



3

DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................. i
LEMBAR PEGESAHAN ................................................................................................. 1
KATA PEGANTAR ......................................................................................................... 2
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................................ 3
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 4
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 5
B. TUJUAN .............................................................................................................. 5
C. KEGUNAAN ........................................................................................................ 5
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
A. DATA GURU PEGAJAR .................................................................................... 6
B. DATA TENAGA AHLI ………………………................................................... 7
C. DATA PERALATAN KANTOR …………………………………………… 7
BAB 3 : PEMBAHASAN
A. KONSEP KEMANAJEMENAN PENINGKATAN MUTU PADA
INDUSTRI MODEREN ................................................................................... 8
B. MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU SEKOLAH .................................... 9
C. MANAJEMEN MUTU TERPADU DI SEKOLAH ......................................... 12
D. PERMASALAHAN ............................................................................................. 12
E. ANALISIS MASALAH & PEMECAHAN MASALAH .................................. 13
BAB 4 : KESIMPULAN & SARAN ............................................................................. 19



BAB I

PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Memasuki era globalisasi dimana kemajuan dalam bidang manajemen yang saat ini sering terjadi berantakan. Karena para manajemen tidak dapat menentukan atau penempatkan program-program manajemen yang benar dan tepat.
Menurut pendapat saya yaitu para manajemen prlu memahami teori manajemenan administrasi yang berkaitan pada perusahaan maupun kantor untuk meningkatkan performa dan kinerja yang lebih profisional baik dalam purusahaan, kantor-kantor, sekolah maupun perguruan tinggi juga perlu memahaminya.
Melihat adanya tuntunan tersebut maka kami melaksanakan OJT(ON THE JOB TRAINING) DI SDN NGUMPAK DALEM 01 KEC. DANDER KAB. BOJONEGORO yang mana sebagai salah satu SDN / KANTOR yang bergerak dalam bidang manajemen perkantoran dengan penambahan alat teknologi komputer yang cangih untuk dapatmenyelesaikan tugas-tugas, laporan maupun pembuatan PTK. Kami harap dengan memperoleh masukan megenai system manajemen administrasi yang ber basis komputer. Semoga dapat membantu mengaplikasikan ilmu yang selama ini kami peroleh dalam menerapkan pada lingkungan kerja yang sebenarnya.
B. TUJUAN
Hasil kerja lapangan atau OJT (ONTHE JOB TRAINING) dapat memberikan gambaran megenai sistem administrsi perkantoran pada “SDN NGUMPAK DALEM 01” pada khususnya para guru maupun dosen yang pad umumnya banyak menyelesaian tugas laporan baik di bidang keuangan, maupun administrasi yang lain. Maka perlu kami laporkan guna menyelesaikan tugas akhir mata kuliah OJT (ON THE JOB TRAINING) untuk jurusan administrasi perkantoran D I “KUSUMA BANGSA”.
C. KEGUNAAN.
Dengan semakin pesatnya kemajuan diera globalisasi menuju globalisasi dunia yang menuntut para pengusaha,kantor-kantor,sekolah,maupun perguruan tinggi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kantor. Selain didukung dengan tenaga yang profisional maka dengan itu perlu juga didukung dengan adanya sistem komputer yang cangih untuk dapat menerapkan manajemen administrasi perkantoran yang cepat,jelas,singkat,mudah,dan cangih dalam pegoperasian komputer dengan jaringan yang luas.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. DATA GURU PEGAJAR & DATA TENAGA AHLI
a. DATA GURU PEGAJAR SDN NGUMPAK DALEM 01

NO
NAMA
STRATA
JABATAN
TGL PENEMPATAN
TGL SK PERTAMA
1
Suwito S.Pd
S - 1
Kepala Sekolah
01/07/2008
01/03/1974
2
Wahyuni S.Pd
S – 1
Guru kelas 5
01/07/1994
01/07/1979
3
Sri Nasipah A.Ma.Pd
D – 2
Guru Agama
01/08/1985
01/01/1981
4
Asmujiati S.Pd
S – 1
Guru kelas 3
01/03/1982
01/03/1981
5
Sri Winarni S.Pd
S – 1
Calon Kepala Sekolah
25/04/1983
01/04/1983
6
Endang Sekonahwati S.Pd
S – 1
Guru kelas 1
20/09/1994
01/01/1983
8
Nanik Sulistiowati S.Pd
S – 1
Guru kelas 6
01/10/1999
01/03/1987
9
Yulis S.Pd
S – 1
Guru kelas 4
01/10/1998
01/03/1994
10
Dwi Sri S S.Pd
D – 2
Kepala Taman kanak2 + Guru Kesenian
01/03/2008
01/01/2007
11
Fonny Suswanti S.Pd
S – 1
Guru Bhs Jawa
10/10/2001
01/02/2001
12
Novi Restiani A.Ma.Pd
D – 2
Guru Bhs Englihs
28/02/2005
01/02/2004
13
Muhhamad Musta’in
MA
Guru Olah Raga
28/02/2006
01/07/2005
14
Nova Dwi Hermanto
MAN
Guru Komputer
08/12/2007
01/07/2007
15
Titin Herjayani A.Ma.Pd
D – 2
Guru Kelas 2
10/01/2008
01/07/2007
16
Sogik Suliswanto
SMA
Guru Pramuka
15/02/2008
01/07/2007


6

B. DATA TENAGA AHLI
NO
NAMA
STRATA
KEAHLIAN
JABATAN
1
Suwito S.Pd
S-1
Tentor
Kepala Sekolah
2
Endang Sekonawati S.Pd
S-1
Pengawas
Straff guru kelas 1
3
Nanik Sulistowati S.Pd
S-1
Penyuluh
Straff guru kelas 6
4
Asmujiati S.Pd
S-1
Sekretaris
Straff guru kelas 3
5
Yuli Setiani S.Pd
S-1
Keuangan Buku
Straff guru kelas 4
6
Sri Winarni S.Pd
S-1
Keuangan Bos
Calon kepala sekolah
7
Titin Herjayani A.Ma.Pd
D-2
Management + keuangan Buku 2
Straff guru kelas 2
8
Sogik Suliswanto
SMA
Kepramukaan
Straff guru pramuka
9
Musta’in
MA
Keamanan
Straff guru penjas
Keterangan : yang no 10 s/d 15 sebagai anggota straff guru

C.DATA PERALATAN KANTOR
NO
NAMA PERALATAN
JUMLAH
1
Gergaji besi
1 buah
2
Palu
1 buah
3
Meja & Kursi tamu
1 stel
4
Meja & kursi kepala SDN
1 stel
5
Meja & kursi Penyuluh
1 stel
6
Meja kantor guru
5 buah
7
Kursi kantor guru
15 buah
8
Tempat tidur uks
1 buah
9
Almari & rak buku
6 buah
10
Kabel box
4 buah
11
Calculator
2 buah
12
Computer
2 buah
13
Televisi & tep
1 buah
BAB III
PEMBAHASAN
MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
A. Konsep Manajemen Peningkatan Mutu Pada Industri Modern
Manajemen sekolah seyogyanya memahami pula perkembangan manajemen sistem industri modern, sehingga mampu mendesain, menerapkan, mengendalikan, dan meningkatkan kinerja sistem pendidikan yang memenuhi kebutuhan manajemen sistem industri modern. Hal ini dimaksudkan agar setiap lulusan dari sekolah mampu dan cepat beradaptasi dengan kebutuhan sistem industri modern. Dengan demikian sebelum membahas tentang sistem pendidikan di sekolah, perlu diketahui tentang konsep dasar sistem industri modern yang akan dipergunakan sebagai landasan utama untuk membahas penerapan TQME pada sistem pendidikan modern di Indonesia.
Total quality manajement merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya. Untuk mencapai usaha tersebut digunakan sepuluh unsur utama TQM, yaitu fokus pada pelanggan, obsesi terhadap qualities, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerjasama tim, perbaikan kerkesinambungan, pendidikan dan latihan, kebebasan terkendali, kesatuan tujuan, dan ketertiban serta pemberdayaan karyawan. Ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu : kepuasan pelanggan, respek terhadap setiap orang, manajemen berdasarkan fakta, dan perbaikan berkesinambungan.
Pada dasarnya proses industri harus dipandang sebagai suatu peningkatan terus-menerus (continuous industrial process improvement), yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen. Seterusnya, berdasarkan informasi sebagai umpan-balik yang dikumpulkan dari pengguna produk (pelanggan) itu dapat dikembangkan ide-ide kreatif untuk menciptakan produk baru atau memperbaiki produk lama beserta proses produksi yang ada saat ini. Agar peningkatan proses industri dapat berjalan secara konsisten, maka dibutuhkan manajemen sistem industri, yang pada umumnya akan dikelola oleh lulusan perguruan tinggi. Konsep sistem industri dan manajemen sistem industri ditunjukkan dalam Gambar 1. Dari Gambar 1 tampak bahwa manajemen sistem industri terdiri dari dua konsep, yaitu: (1) konsep manajemen dan (2) konsep sistem industri. Suatu sistem industri mengkonversi input yang berasal dari pemasok menjadi output untuk digunakan oleh pelanggan, sedangkan manajemen sistem industri memproses informasi yang berasal dari sistem industri, pelanggan, dan lingkungan melalui proses manajemen untuk menjadi keputusan atau tindakan manajemen guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem industri. Berdasarkan
konsep manajemen sistem industri modern di atas, maka setiap lulusan perguruan tinggi yang akan bekerja dalam sistem industri harus memiliki kemampuan solusi masalah-masalah industri yang berkaitan dengan bidang ilmu yang dikuasainya berdasarkan informasi yang relevan agar menghasilkan keputusan dan tindakan untuk meningkatkan kinerja sistem industri tersebut.


B. MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU SEKOLAH
Ada tiga faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan yaitu : kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function atau input-input analisis yang tidak consisten; 2) penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik; 3) peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim.Berdasarkan penyebab tersebut dan dengan adanya era otonomi daerah yang sedang berjalan maka kebijakan strategis yang diambil Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk mengembangkan SDM adalah : (1) Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (school based management) dimana sekolah diberikan kewenangan untuk merencanakan sendiri upaya peningkatan mutu secara keseluruhan; (2) Pendidikan yang berbasiskan pada partisipasi komunitas (community based education) di mana terjadi interaksi yang positif antara sekolah dengan masyarakat, sekolah sebagai community learning center; dan (3) Dengan menggunakan paradigma belajar atau learning paradigm yang akan menjadikan pelajar-pelajar atau learner menjadi manusia yang diberdayakan. Selain itu pada tanggal 2 Mei 2007, bertepatan hari pendidikan nasional, pemerintah telah mengumumkan suatu gerakan nasional untuk peningkatan mutu pendidikan, sekaligus menghantar perluasan pendekatan Broad Base Education System (BBE) yang memberi pembekalan kepada pelajar untuk siap bekerja membangun keluarga sejahtera. Dengan pendekatan itu setiap siswa diharapkan akan mendapatkan pembekalan life skills yang berisi pemahaman yang luas dan mendalam tentang lingkungan dan kemampuannya agar akrab dan saling memberi manfaat. Lingkungan sekitarnya dapat memperoleh masukan baru dari insan yang mencintainya, dan lingkungannya dapat memberikan topangan hidup yang mengantarkan manusia yang mencintainya menikmati kesejahteraan dunia akhirat.Untuk merealisasikan kebijakan diatas maka sekolah perlu melakukan manajemen peningkatan mutu. Manajemen Peningkatan Mutu (MPM) ini merupakan suatu model yang dikembangkan di dunia pendidikan, seperti yang telah berjalan di Sidney, Australia yang mencakup : a) School Review, b) Quality Assurance, dan c) Quality Control, dipadukan dengan model yang dikembangkan di Pittsburg, Amerika Serikat oleh Donald Adams, dkk. Dan model peningkatan mutu sekolah dasar yang dikembvangkan oleh Sukamto, dkk. Dari IKIP Yogyakarta (Hand Out, Pelatihan calon Kepala Sekolah).
Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah suatu metode peningkatan mutu yang bertumpu pada sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif & kualitatif, dan pemberdayaan semua komponen sekolah untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Dalam Peningkatan Mutu yang selanjutnya disingtkat MPM, terkandung upaya a) mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah baik kurikuler maupun administrasi, b) melibatkan proses diagnose dan proses tindakan untuk
menindak lanjuti diagnose, c) memerlukan partisipasi semua fihak : Kepala sekolah, guru, staf administrasi, siswa, orang tua dan pakar. Berdasarkan pengertian di atas dapat difahami bahwa Manajemen Peningkatan Mutu memiliki prinsip :
1.Peningkatan mutu harus dilaksanakan di sekolah
2.Peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang baik
3.Peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif
4.Peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di sekolah
5.Peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada siswa, orang tua dan masyarakat.
Adapun penyusunan program peningkatan mutu dengan mengaplikasikan empat teknik : a) school review, b) benchmarking, c) quality assurance, dan d) quality control. Berdasarkan Panduan Manajemen Sekolah dijelaskan sebagai berikut :
a. School review
Suatu proses dimana seluruh komponen sekolah bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional (ahli) untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas sekolah, serta mutu lulusan.School review dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut :
1. Apakah yang dicapai sekolah sudah sesuai dengan harapan orang tuasiswa dan siswa sendiri ?
2. Bagaimana prestasi siswa ?
3. Faktor apakah yang menghambat upaya untuk meningkatkan mutu ?
4. Apakah faktor-faktor pendukung yang dimiliki sekolah ?
School review akan menghasilkan rumusan tentang kelemahan-kelemahan, kelebihan-kelebihan dan prestasi siswa, serta rekomendasi untuk pengembangan program tahun mendatang.
b. Benchmarking :
Suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Benchmarking dapat diaplikasikan untuk individu, kelompok ataupun lembaga.
Tiga pertanyaan mendasar yang akan dijawab oleh benchmarking adalah :
1. Seberapa baik kondisi kita?
2. Harus menjadi seberapa baik?
3. Bagaimana cara untuk mencapai yang baik tersebut?

Langkah-langkah yang dilaksanakan adalah :
1. Tentukan fokus
2. Tentukan aspek/variabel atau indikator
3. Tentukan standar
4. Tentukan gap (kesenjangan) yang terjadi.
5. Bandingkan standar dengan kita
6. Rencanakan target untuk mencapai standar
7. Rumuskan cara-cara program untuk mencapai target
c. Quality assurance
Suatu teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan telah berlangsung sebagaimana seharusnya. Dengan teknik ini akan dapat dideteksi adanya penyimpangan yang terjadi pada proses. Teknik menekankan pada monitoring yang berkesinambungan, dan melembaga, menjadi subsistem sekolah.
Quality assurance akan menghasilkan informasi, yang :
1. Merupakan umpan balik bagi sekolah
2. Memberikan jaminan bagi orang tua siswa bahwa sekolah senantiasa memberikan pelayanan terbaik bagi siswa.
Untuk melaksanakan quality assurance menurut Bahrul Hayat dalam hand out pelatihan Calon kepala sekolah (2000:6), maka sekolah harus :
1. Menekankan pada kualitas hasil belajar
2. Hasil kerja siswa dimonitor secara terus menerus
3. Informasi dan data dari sekolah dikumpulkan dan dianalisis untuk memperbaiki proses di sekolah.
4. Semua pihak mulai kepala sekolah, guru, pegawai administrasi, dan juga orang tua siswa harus memiliki komitmen untuk secara bersama mengevaluasi kondisi sekolah yang kritis dan berupaya untuk memperbaiki.
d. Quality control
Suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas output yang tidak sesuai dengan standar. Quality control memerlukan indikator kualitas yang jelas dan pasti, sehingga dapat ditentukan penyimpangan kualitas yang terjadi.

C. MANAJEMEN MUTU TERPADU DI SEKOLAH

Manajemen Mutu Terpadu yang diterjemahkan dari Total Quality Management (TQM) atau disebut pula Pengelolaan Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu komponen terkait. M. Jusuf Hanafiah, dkk (1994:4) mendefinisikan Pengelolaan Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan yang sistematis, praktis, dan strategis dalam menyelenggarakan suatu organisasi, yang mengutamakan kepentingan pelanggan. pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu. Sedang yang dimaksud dengan Pengeloaan Mutu Total (PMT) Pendidikan tinggi (bisa pula sekolah) adalah cara mengelola lembaga pendidikan berdasarkan filosofi bahwa meningkatkan mutu harus diadakan dan dilakukan oleh semua unsur lembaga sejak dini secara terpadu berkesinambungan sehingga pendidikan sebagai jasa yang berupa proses pembudayaan sesuai dengan dan bahkan melebihi kebutuhan para pelanggan baik masa kini maupun yang akan datang. Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan yang termuat dalam buku Panduan Manajemen Sekolah adalah 1) siswa : kesiapan dan motivasi belajarnya, 2) guru : kemampuan profesional, moral kerjanya (kemampuan personal), dan kerjasamanya (kemampuan social). 3) kurikulum : relevansi konten dan operasionalisasi proses pembelajarannya, 4) dan, sarana dan prasarana : kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran, 5) Masyarakat (orang tua, pengguna lulusan, dan perguruan tinggi) : partisipasinya dalam pengembangan program-program pendidikan sekolah. Mutu komponen-komponen tersebut di atas menjadi fokus perhatian kepala sekolah.
Adapun prinsip dari MMT dalam buku tersebut yaitu selama ini sekolah dianggap sebagai suatu Unit Produksi, dimana siswa sebagai bahan mentah dan lulusan sekolah sebagai hasil produksi. Dalam MMT sekolah dipahami sebagai Unit Layanan Jasa, yakni pelayanan pembelajaran.Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah ) adalah: 1) Pelanggan internal : guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga administrasi, 2) Pelanggan eksternal terdiri atas : pelanggan primer (siswa), pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah dan masyarakat), pelanggan tertier (pemakai/penerima lulusan baik diperguruan tinggi maupun dunia usaha).
D. PERMASALAHAN
Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Hanafiah, dkk adalah : pertama sikap mental para pengelola pendidikan, baik yang memimpin maupun yang dipimpin. Yang dipimpin bergerak karena perintah atasan, bukan karena rasa tanggung jawab. Yang memimpin sebaliknya, tidak memberi kepercayaan, tidak memberi kebebasan berinisiatif, mendelegasikan wewenang.
Masalah ke 2 adalah tidak adanya tindak lanjut dari evaluasi program. Hampir semua program dimonitor dan dievaluasi dengan baik, Namun tindak lanjutnya tidak dilaksanakan. Akibatnya pelaksanaan pendidikan selanjutnya tidak ditandai oleh peningkatan mutu.
Masalah ke 3 adalah gaya kepemimpinan yang tidak mendukung. Pada umumnya pimpinan tidak menunjukkan pengakuan dan penghargaan terhadap keberhasilan kerja stafnya. Hal ini menyebabkan staf bekerja tanpa motivasi. Masalah keempat adalah kurangnya rasa memiliki pada para pelaksana pendidikan. Perencanaan strategis yang kurang dipahami para pelaksana, dan komunikasi dialogis yang kurang terbuka. Prinsip melakukan sesuatu secara benar dari awal belum membudaya. Pelaksanaan pada umumnya akan membantu sustu kegiatan, kalau sudah ada masalah yang timbul. Hal inipun merupakan kendala yang cukup besar dalam peningkatan dan pengendalian mutu.
E. ANALISIS MASALAH & PEMECAHAN MASALAH
Sikap mental bawahan yang bekerja bukan atas tanggung jawab, tetapi hanya karena diperintah atasan akan membuat pekerjaan yang dilaksanakan hasilnya tidak optimal. Guru hanya bekerja berdasarkan petunjuk dari atas, sehingga guru tidak bisa berinisitiaf sendiri. Sementara itu pimpinan sendiri punya sikap mental yang negatif dimana ia tidak bisa memberikan kesempatan bagi bawahan untuk berkarir dengan baik, bawahan harus mengikuti pada petunjuk atasan, bawahan yang selalu dicurigai, bawahan yang tidak bisa bekerja sesuai dengan caranya. Kenyatan ini karena profil kepala sekolah yang belum menampilkan gaya entrepeneur dan gaya memimpin situasional. Penelitian menyimpulkan bahwa pelaksanaan Pengembangan Sekolah Seutuhnya (PSS) di SMK mengalami kegagalan karena kepala sekolahnya masih cenderung manampilkan gaya kepemimpinan otoriter, hal ini karena lemahnya kemandirian sekolah akibat pembinaan pemerintah yang sangat sentralistik. Birokratik, formalistik, konformistik, uniformistik dan mekanistik. Pembinaan yang demikian ini tidak memberdayakan potensi sekolah. Akibatnya, setiap hierarki yang berada di bawah kekuasaan bersikap masa bodoh, apatis, diam supaya aman, menunggu perintah, tidak kreatif dan tidak inovatif, kurang berpartisipasi dan kurang bertanggung jawab, membuat laporan asal bapak senang dan takut mengambil resiko. Kelemahan sistem sentralistik dengan komunikasi dari atas ke bawah lebih menekankan fingsinya sebagai line of command dan tidak fungsinya sebagai line of services, hal ini tampaknya merintangi perkembangan-perkembangan potensi SDM untuk memcahkan masalah-masalah khusus on the spot.Hal tersebut merupakan penghalang dalam pelaksanaan manajemen mutu pendidikan, maka solusinya adalah dengan diadakannya penerapan pendidikan yang tidak sentralistik, sehingga pola manajemen pendidikan dapat disesuaikan dari pola lama ke pola baru.
Program peningkatan mutu pendidikan tidak akan jalan jika setelah diadakannya monitoring dan evaluasi tanpa ditindaklanjuti. Fungsi pengawasan (controlling) dalam manajemen berguna untuk membuat agar jalannya pelaksanaan manajemen mutu sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Pengawasan bertujuan untuk menilai kelebihan dan kekurangan. Apa-apa yang salah dintinjau ulang dan segera diperbaiki. Tidak adanya tindak lanjut bisa disebabkan karena rendahnya etos kerja para pengelola pendidikan, iklim organisasi yang tidak menyenangkan. Mengenai etos kerja Pidana mengutip hasil penelitian Internasional bahwa Indonesia sebagai bangsa termalas nomor tiga dari 42 negara termalas di dunia.

LP2M “ KUSUMA BANGSA “ BOJONEGORO
13
Temuan Pidana tersebut mendukung temuan yang menyatakan etos kerja dosen dan karyawan IKIP cenderung rendah.Agar program dapat dimonitor dan ditindaklanjuti maka perlu melibatkan semua pihak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan partisipatif ialah suatu cara pengambilan keputusan yang terbuka dan demokratis yang melibatkan seluruh stakeholders di dewan sekolah. Asumsinya jika seseorang diundang untuk pengambilan keputusan, maka ia kan merasa dihargai, dilibatkan, memiliki, bertanggung jawab. Pelibatan stakeholders didasarkan keahlian, batas kewenangan, dan relevansinyan dengan tujuan pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan yang tidak mendukung, akan mengakibatkan gagalnya pelaksanaan manajemen peningkatan mutu. Kepala sekolah harus senantiasa memahami sekolah sebagai suatu sistem organic. Untuk itu kepala sekolah harus lebih berperan sebagai pemimpin dibandingkan sebagai manager. Sebagai leader maka kepala sekolah harus :
a.Lebih banyak mengarahkan daripada mendorong atau memaksa
b.Lebih bersandar pada kerjasama dalam menjalankan tugas dibandingkan bersandar pada kekuasaan / SK
c. Senantiasa menanamkan kepercayaan pada diri guru dan staf administrasi.Bukannya menciptakan rasa takut.
d.Senantiasa menunjukkan bagaimana cara melakukan sesuatu daripada menunjukkan bahwa ia sesuatu.
e. Senantiasa mengembangkan suasana antusias bukannya mengembangkan suasana yang menjemukan
f. Senantiasa memperbaiki kesalahan yang ada daripada menyalahkan kesalahan pada seseorang, bekerja
dengan penuh ketangguhan bukannya ogah-ogahan karena serba kekurangan
Menurut Poernomosidi Hadjisarosa ,kepala sekolah merupakan salah satu sumberdaya sekolah yang disebut sumberdaya manusia jenis manajer (SDM-M) yang memiliki tugas dan fungsi mengkoordinasikan dan menyerasikan sumberdaya manusia jenis pelaksana (SDM-P) melalui sejumlah input manajemen agar SDM-P menggunakan jasanya untuk bercampur tangan dengan sumberdaya selebihnya (SD-slbh), sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik untuk menghasilkan output yang diharapkan.
Secara umum, karakteristik kepala sekolah tangguh dapat dituliskan sebagai berikut:
Kepala sekolah: (a) memiliki wawasan jauh kedepan (visi) dan tahu tindakan apa yang harus dilakukan (misi) serta paham benar tentang cara yang akan ditempuh (strategi); (b) memiliki kemampuan mengkoordinasikan dan menyerasikan seluruh sumberdaya terbatas yang ada untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan sekolah (yang umumnya tak terbatas); (c) memiliki kemampuan mengambil keputusan dengan terampil (cepat, tepat, cekat, dan akurat); (d) memiliki kemampuan memobilisasi sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan dan yang mampu menggugah pengikutnya untuk melakukan hal-hal penting bagi tujuan sekolahnya;
LP2M “ KUSUMA BANGSA “ BOJONEGORO
14
(e) memiliki toleransi terhadap perbedaan pada setiap orang dan tidak mencari orang-orang yang mirip dengannya, akan tetapi sama sekali tidak toleran terhadap orang-orang yang meremehkan kualitas, prestasi, standar, dan nilai-nilai; (f) memiliki kemampuan memerangi musuh-musuh kepala sekolah, yaitu ketidakpedulian, kecurigaan, tidak membuat keputusan, mediokrasi, imitasi, arogansi, pemborosan, kaku, dan bermuka dua dalam bersikap dan bertindak.
1. Kepala sekolah menggunakan "pendekatan sistem" sebagai dasar cara berpikir, cara mengelola, dan cara menganalisis kehidupan sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah harus berpikir sistem (bukan unsystem), yaitu berpikir secara benar dan utuh, berpikir secara runtut (tidak meloncat-loncat), berpikir secara holistik (tidak parsial), berpikir multi-inter-lintas disiplin (tidak parosial), berpikir entropis (apa yang diubah pada komponen tertentu akan berpengaruh terhadap komponen-komponen lainnya); berpikir "sebab-akibat" (ingat ciptaan-Nya selalu berpasang-pasangan); berpikir interdipendensi dan integrasi, berpikir eklektif (kuantitatif + kualitatif), dan berpikir sinkretisme.
2. Kepala sekolah memiliki input manajemen yang lengkap dan jelas, yangditunjukkan oleh kelengkapan dan kejelasan dalam tugas (apa yang harus dikerjakan, yang disertai fungsi, kewenangan, tanggungjawab, kewajiban, dan hak), rencana (diskripsi produk yang akan dihasilkan), program (alokasi sumberdaya untuk merealisasikan rencana), ketentuan-ketentuan/limitasi (peraturan perundang-undangan, kualifikasi, spesifikasi, metoda kerja, prosedur kerja, dsb.), pengendalian (tindakan turun tangan), dan memberikan kesan yang baik kepada anak buahnya.
3. Kepala sekolah memahami, menghayati, dan melaksanakan perannya sebagai manajer (mengkoordinasi dan menyerasikan sumberdaya untuk mencapai tujuan), pemimpin (memobilisasi dan memberdayakan sumberdaya manusia), pendidik (mengajak nikmat untuk berubah), wirausahawan (membuat sesuatu bisa terjadi), penyelia (mengarahkan, membimbing dan memberi contoh), pencipta iklim kerja (membuat situasi kehidupan kerja nikmat), pengurus/administrator (mengadminitrasi), pembaharu (memberi nilai tambah), regulator (membuat aturan-aturan sekolah), dan pembangkit motivasi (menyemangatkan). Catatan: manajer tangguh, menurut hasil-hasil penelitian kelas kakap dunia, paling tidak memiliki sejumlah kompetensi seperti berikut. Menurut Enterprising Nation, manajer tangguh memiliki delapan kompetensi, yaitu: (a) people skills, (b) strategic thinker, (c) visionary, (d) flexible and adaptable to change, (e) self-management, (f) team player, (g) ability to solve complex problem and make decisions, and (h) ethical/high personal standards. Sedang American Management Association menuliskan 18 kompetensi yang harus dimiliki manajer tangguh, yaitu: (a) efficiency orientation, (b) proactivity, (c) concern with impact, (d) diagnostic use of concepts, (e) use of unilateral power, (f) developing others, (g) spontaneity, (h) accurate self-assessment, (i) self-control, (j) stamina and adaptability, (k) perceptual objectivity, (l) positive regard, (m) managing group process, (n) use of sosialized power, (o) self-confidence, (p) conceptualization, (q) logical thought, and (r) use of oral presentation.


LP2M “ KUSUMA BANGSA “ BOJONEGORO
16
4. Kepala sekolah memahami, menghayati, dan melaksanakan dimensi-dimensi tugas (apa), proses (bagaimana), lingkungan, dan keterampilan personal, yang dapat diuraikan sebagai berikut: (a) dimensi tugas terdiri dari: pengembangan kurikulum, manajemen personalia, manajemen kesiswaan, manajemen fasilitas, pengelolaan keuangan, hubungan sekolah-masyarakat, dsb; (b) dimensi proses, meliputi pengambilan keputusan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, pengkoordinasian, pemotivasian, pemantauan dan pengevaluasian, dan pengelolaan proses belajar mengajar; (c) dimensi lingkungan meliputi pengelolaan waktu, tempat, sumberdaya, dan kelompok kepentingan; dan (d) dimensi keterampilan personal meliputi organisasi diri, hubungan antar manusia, pembawaan diri, pemecahan masalah, gaya bicara dan gaya menulis.
5. Kepala sekolah mampu menciptakan tantangan kinerja sekolah (kesenjangan antara kinerja yang aktual/nyata dan kinerja yang diharapkan). Berangkat dari sini, kemudian dirumuskan sasaran yang akan dicapai oleh sekolah, dilanjutkan dengan memilih fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran, lalu melakukan analisis SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threat) untuk menemukan faktor-faktor yang tidak siap (mengandung persoalan), dan mengupayakan langkah-langkah pemecahan persoalan. Sepanjang masih ada persoalan, maka sasaran tidak akan pernah tercapai.
6. Kepala sekolah mengupayakan teamwork yang kompak/kohesif dan cerdas, serta membuat saling terkait dan terikat antar fungsi dan antar warganya, menumbuhkan solidaritas/kerjasama/kolaborasi dan bukan kompetisi sehingga terbentuk iklim kolektifitas yang dapat menjamin kepastian hasil/output sekolah.
7. Kepala sekolah menciptakan situasi yang dapat menumbuhkan kreativitas dan memberikan peluang kepada warganya untuk melakukan eksperimentasi-eksperimentasi untuk menghasilkan kemungkinan-kemungkinan baru, meskipun hasilnya tidak selalu benar (salah). Dengan kata lain, kepala sekolah mendorong warganya untuk mengambil dan mengelola resiko serta melindunginya sekiranya hasilnya salah.
8. Kepala sekolah memiliki kemampuan dan kesanggupan menciptakan sekolah belajar .
9. Kepala sekolah memiliki kemampuan dan kesanggupan melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah sebagai konsekuensi logis dari pergeseran kebijakan manajemen, yaitu pergeseran dari Manajemen Berbasis Pusat menuju Manajemen Berbasis Sekolah (dalam kerangka otonomi daerah). Untuk lebih jelasnya, lihat Gambar 2 "Pergeseran Kebijakan dari Manajemen Berbasis Pusat menuju Manajemen Berbasis Sekolah"
10. Kepala sekolah memusatkan perhatian pada pengelolaan proses belajar mengajar sebagai kegiatan utamanya, dan memandang kegiatan-kegiatan lain sebagai penunjang/pendukung proses belajar mengajar. Karena itu, pengelolaan proses belajar mengajar dianggap memiliki tingkat kepentingan tertinggi dan kegiatan-kegiatan lainnya dianggap memiliki tingkat kepentingan lebih rendah.
11. Kepala sekolah mampu dan sanggup memberdayakan sekolahnya, terutama sumberdaya manusianya melalui pemberian kewenangan, keluwesan, dan sumberdaya.Kurangnya rasa memiliki pada para pelaksana pendidikan.
LP2M “ KUSUMA BANGSA “ BOJONEGORO
17

Perencanaan strategis yang kurang di pahami para pelaksana, dan komunikasi dialogis yang kurang terbuka. Prinsip melakukan sesuatu secara benar dari awalï belum membudaya merupakan penghalang dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu. Untuk itu perlu ditanamkan kepada warga sekolah untuk mempunyai asa memiliki bangga terhadap sekolahnya. Hal ini bisa terlaksana jika para warga sekolah itu merasa puas terhadap pelayanan sekolah.
Dalam MMT (Manajemen Mutu Terpadu) keberhasilan sekolah diukur dari tingkat kepuasan pelanggan, baik internal maupun eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu memberikan pelayanan sama atau melebihi harapan pelanggan.
Dilihat jenis pelanggannya, maka sekolah dikatakan berhasil jika :
1. Siswa puas dengan layanan sekolah, antara lain puas dengan pelajaran yang diterima, puas dengan perlakuan oleh guru maupun pimpinan, puas dengan fasilitas yang disediakan sekolah. Pendekatan siswa menikmati situasi sekolah.
2. Orang tua siswa puas dengan layanan terhadap anaknya maupun layanan kepada orang tua, misalnya puas karena menerima laporan periodik tentang perkembangan siswa maupun program-program sekolah.
3. Pihak pemakai/penerima lulusan (perguruan tinggi, industri, masyarakat) puas karena menerima lulusan dengan kualitas sesuai harapan
4. Guru dan karyawan puas dengan pelayanan sekolah, misalnya pembagian kerja, hubungan antarguru/karyawan/pimpinan, gaji/honorarium, dan sebagainya.
BAB IV
Kesimpulan Dan Saran
Ø Berdasarkan uraian diatas maka dapat penulis disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan rendahnya mutu SDM pada era otomomi daerah dan menyongsong era global, maka perlu bagi pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional. Dalam perbaikan mutu pendidikan tersebut manajemen mutu yang diadaptasi dari Total Quality Management yang ada Industri Modern, layak untuk diadaptasai dalam Manajemen Pendidikan. Pada prinsipnya manajemen mutu ini berbasis sekolah memberdayakan semua komponen sekolah, dan sekolah sebagai unit produksi yang melayani siswa, orang tua, pihak pemakai/penerima lulusan, dan guru/karyawan.
2. Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu adalah sikap mental para pengelola pendidikan, tidak adanya tindak lanjut dari evaluasi program, gaya kepemimpinan yang tidak mendukung, kurangnya rasa memiliki para pelaksana pendidikan. Dan belum membudayanya prinsip melakukan sesuatu secara benar dari awal. Kendala-kendala itu disebabkan oleh adanya kepemimpinan yang tidak berjiwa entrepeneur dan tidak tangguh, adanya sentralistrik manajemen pendidikan, dan rendahnya etos kerja apara pengelola, kurangnya melibatkan semua pihak untuk berpartisipasi.
Ø Dari kesimpulan tersebut penulisan ini perlu penulis sarankan sebagai berikut :
1. Manajemen Peningkatan Mutu yang sering di seminarkan dan dikenalkan pada dunia pendidikan, ternyata banyak warga sekolah terutama guru yang belum tahu, kenal, dan memahami. Kebanyakan hanya diketahui oleh kepala sekolah, dan calon kepala sekolah. Disarankan agar hal ini disebarluaskan dan betul-betul bisa dilaksanakan di sekolah-sekolah.
2. Perlu ditingkatkan etos kerja, motivasi, kerjasama tim, moral kerja yang baik, punya rasa memiliki, mau bekerja keras agar Manajemen Mutu Pendidikan dapat terlaksana secara optimal sehingga mampu menghasilkan Mutu SDM. Disamping itu diperlukan seorang kepala sekolah yang berjiwa pemimpin dengan visi yang baik.






LP2M “ KUSUMA BANGSA “ BOJONEGORO
19
DAFTAR PUSTAKA :
Anonim, 2000. Panduan Manajemen Sekolah, Depdiknas, Dikmenum
Anonim, 2000. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan/Kultur Sekolah, Depdiknas, hand out pelatihan calon kepala sekolah, Direktorat Sekolah lanjutan Pertama, 2000
Gaspersz, Vincent. 2000. Penerapan Total Management In Education (TQME) Pada Perguruan Tinggi di Indonesia, Jurnal Pendidikan (online), Jilid 6, 20 Januari 2001).
Hanafiah, M. Jusuf, dkk, 1994. Pengelolaan Mutu Total Pendidikan Tinggi, Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri
Nasution, MN, 2000. Manajemen Mutu Terpadu, Ghalia Indonesia, Jakarta
Slamet, PH. 2000. Karakteristik Kepala Sekolah Yang Tangguh, Jurnal Pendidikan, Jilid 3, 20 Januari 2001).
Usman, Husaini, Peran Baru Administrasi Pendidikan dari Sistem Sentralistik Menuju Sistem Desentralistik, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Februari 2001, Jilid 8,

welcome to my blogs

welcome to my page. silahkan mengunjungi blogs saya karena anda akan mendapatkan pengetahuan yang lebih dari kita.